TRIBUNJATENG.COM, SRAGEN – Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (DPUPR) Kabupaten bersama Badan Amil Zakat Nasional (Baznas) Sragen melaunching pengolahan grey water pertama di Sragen, Kamis (1/12/2022).
Sebagai percontohan instalasi grey water ini berada di Masjid Jami Dukuh Hargosari, Desa Majenang, Kecamatan Sukodono. Grey water ini merupakan air limbah domestik yang berasal dari air buangan kegiatan rumah tangga.
Dalam rumah tangga merupakan gabungan air limbah yang berasal dari kegiatan cuci pakaian, masak/cuci peralatan masak, kamar mandi, bersih rumah/pel, namun tidak termasuk yang berasal dari toilet (WC).
Sementara itu di Masjid Jami ini merupakan air bekas wudhu. Grey water ini juga sekaligus menjawab masalah kekeringan di desa tersebut yang kerap dirasakan.
Konservasi air dengan pengolahan air wudhu bertujuan untuk menjaga keseimbangan alam, khususnya dalam siklus air (hidrologi) di alam, mencegah kemubaziran air bekas wudhu yang selama ini langsung dibuang ke selokan tanpa dimanfaatkan kembali.
Kepala DPUPR Sragen, Raden Suparwoto mengatakan hasil dari pengelolaan grey water ini telah lulus uji Labkesda, dengan hasil aman digunakan karena sudah menjadi air baku.
Dia mengatakan setiap wudhu, masjid ini membutuhkan 3 liter air yang apabila diakumulasi dengan jumlah jamaah 250 orang per hari butuh 750 liter per hari.
Volume yang besar dan kontinuitas air wudhu menjadi potensi yang besar untuk didaur ulang. Kapasitas penampungan air pengolahan ini sebesar enam meter kubik.
“Grey water ini pertama di Sragen. Semoga bisa dimanfaatkan karena termasuk pelestarian sumber daya alam dan bisa menjadi percontohan dan replika ditempat lain,” katanya.
Pada kesempatan ini BAZNAS juga memberikan bantuan kepada 47 UMKM dengan total nominal Rp 120. Bukan uang, bantuan diwujudkan berupa barang seperti gerobak, mesin jahit, dan alat kerja lainnya.
Ketua Baznas Sragen, Mustaqim mengatakan dengan bantuan modal kerja ini diharapkan mampu memberdayakan dan meningkatkan perekonomian masyarkat.
Dia melanjutkan, manfaat dari kegatan ini dirasakan oleh seluruh stakeholder terkait, karena inovasi ini bisa mengedukasi masyarakat dan jamaah.
Masyarakat bisa mengetahui pentingnya konservasi air dan proses pengolahan limbah air wudhu secara sederhana, sehingga bisa dijadikan media pembelajaran untuk masyarakat.
“Terbangunya instalasi ini secara ekonomis diharapakan mampu menekan biaya opersional masjid khususnya biaya rekening air PDAM,” katanya. (*)